Yang Menarik dari Aplikasi Buat Petani
Aplikasi ini menandai era baru bagi petani dalam memangkas distribusi

LAKBAN- Petani dan teknologi informasi selama ini seakan berada dalam dunia yang berbeda. Petani dipandang sebagai jenis profesi yang mengandalkan otot dan memiliki daya tawar yang lemah. Walaupun jurusan pertanian, teknologi pertanian, dan sejenisnya cukup menjanjikan. Namun buat petani di Indonesia, sebagian besar nasibnya semakin terpinggirkan.
Padahal, bukankah petani yang paling berperan dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat? Kebijakan negaralah yang akan sangat berperan dalam penguatan peran petani. Dan peran negara hadir kala Kementerian Pertanian menggulirkan aplikasi Toko Tani Indonesia pada akhir tahun 2017.
Teknologi informasi berperan besar dalam mendorong terbukanya akses pasar, pengelolaan jejaring distribusi, dan peningkatan efisiensi. Tentu saja program ini tidak berhenti pada penyediaan aplikasi daring. Lebih dari itu pekerjaan membangun sistem yang menjamin petani sebagai produsen, para pedagang, dan konsumen sama-sama diuntungkan.
Di dalam aplikasi daring ini terdapat petani (Gapoktan), masyarakat, lembaga keuangan dan sistem transportasi yang diharapkan mampu meningkatkan pelayanan untuk masyarakat lebih luas, mudah dan murah sekaligus memotong mata rantai pasok.
Aplikasi ini bisa memotong rantai pasok, dari yang sebelumnya 9 rantai menjadi 3 rantai. Sehingga harga pangan bisa lebih murah. Inflasi bisa ditekan dan hal itu akan sangat berpengaruh pada kondisi perekonomian.
Manfaat lain dari aplikasi ini adalah untuk memberikan kepastian pengiriman dan monitoring proses pengiriman, jaminan keberlanjutan produk, meminimalisasi biaya distribusi, memberi kepastian harga dan stok yang dapat dibeli masyarakat dan informasi akses lokasi TTI terdekat bagi masyarakat.
Aplikasi TTI akan menjadi penghubung yang mempertemukan antara Gabungan Kelompok Tani dengan TTI untuk memfasilitasi akses suplai dan permintaan.
Sementara sistem kerjanya adalah TTI Center akan berperan sebagai hub terhadap produk-produk dari Gapoktan, yang akan didistribusikan ke TTI. Berdasarkan data Kementan, hingga saat ini terbentuk kurang lebih sebanyak 898 Gapoktan dan 2.433 TTI yang tersebar di 32 provinsi di Indonesia.
Manfaat TTI bila mampu terdistribusi secara merata di daerah adalah menekan inflasi dan mengentaskan kemiskinan. Total transaksi di aplikasi TTI memang masih kecil baru Rp 1,3 miliar. Sedangkan jumlah Gapoktan yang ikut serta juga relatif masih sedikit yaitu 152 dengan jumlah TTI sebanyak 564.
<div style="position:relative;height:0;padding-bottom:56.21%"><iframe src="https://www.youtube.com/embed/Myl8oZl4HI4?ecver=2" style="position:absolute;width:100%;height:100%;left:0" width="641" height="360" frameborder="0" allow="autoplay; encrypted-media" allowfullscreen></iframe></div>