Kota Pusaka Nan Cantik Jelita
Berbagai bukti sejarah yang ada dan masih tersimpan rapi, kini menjadi pusaka bagi Kota Siak.

MONITORDAY.COM - Kota Siak punya segudang alasan kenapa ditetapkan sebagai kota pusaka. Salah satunya di Kota Siak ini, menyimpan bukti sejarah masa lalu kerajaan-kerajaan Islam yang dikenal dengan Kerajaan Siak Sri Indrapura.
Itulah kenapa saat mendengar kabar bahwa saya ditugaskan untuk melakukan verifikasi salah satu sekolah dasar yang akan direnovasi di Kota Siak, yang tergambar pertama kali di benak saya adalah salah satu peninggalan fenomenal Istana Siak.
Akses Transportasi
Kota Siak Sri Indrapura, atau lebih popular dengan sebutan Kota Siak, berjarak 98 km dari Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Akses menuju kota ini bisa dilakukan melalui dua cara, darat dan air. Jika melalui darat dan memakai kendaraan roda empat, kota ini bisa ditempuh sekitar 2 jam 20 menit.
Lumayan jauh, namun dengan pemandangan nan indah jauhnya jarak menjadi tidak terasa. Suguhan berupa hamparan pohon sawit membentuk pola yang memanjakan mata dan seolah hendak menantang zaman.
Saat mulai memasuki Kota Siak, penglihatan kita dihadang Jembatan Siak yang berdiri kokoh. Jembatan inilah yang menghubungkan Kota Siak dengan kota-kota lainnya di Kepulauan Riau.
Jika ingin menikmati keindahan Kota Siak sekaligus lebih dalam, maka jalur air lebih direkomendasikan. Kenapa demikian? Karena Siak, atau kota-kota lainnya di Provinsi Riau memang seperti julukannya, Bumi Lancang Kuning, pernah Berjaya di sektor baharinya.
H Tenas Effendy, seorang budayawan Riau dalam sebuah tulisannya mengatakan, Lancang Kuning merupakan perlambang atau tanda akan kegemilangan Riau. Ini berawal dari wilayah rumpun Melayu Riau yang terdiri dari ribuan pulau. Terbentang dari Lautan Cina Selatan hingga Selat Malaka. Di masa emasnya, perahu menjadi alat transportasi utama. Karenanya di daerah ini terdapat berpuluh macam jenis perahu, yang telah dikenal sejak berabad-abad lamanya.
Untuk perahu berukuran sedang disebut Nadi, Kolek, Keteman, Jung dan sebagainya. Sedangkan perahu berukuran kecil dinamakan; Jalur, Sampan Kampar, Sampan Siak, Biduk, dan sebagainya. Ada pula perahu khusus berperang, namanya adalah Lancing dan Penjajab.
Seiring perkembangan zaman, dan perubahan teknologi, perahu-perahu itupun mengalami evolusi. Dan salah satu buah perubahan itu adalah adanya Speedboat. Inilah yang saat ini banyak digunakan untuk transportasi menuju Kota Siak dari Kota Pekanbaru.
Bila menggunakan speedboat, kita akan diajak menyusuri sungai Siak nan menawan. Jika beruntung, kita bisa sambil melihat Festival Sungai Siak. Festival ini biasanya dikemas dalam bentuk pameran kuliner, pentas seni tradisi dan musik, pameran historis kerajaan, lomba foto tentang suangi siak, dan lain sebagainya.
Jika kebetulan tak berbarengan dengan Festival Suangi Siak, maka tak perlu merasa rugi. Karena pengunjung masih dihibur oleh pemandangan nan cantic oleh warisan budaya masyarakat pinggiran sungai Siak. Berupa rumah panggung, pabrik karet, pasar bawah, dan masih banyak lagi. Di sungai Siak ini pula bisa ditemukan beragam aktivitas masyarakat. Mulai dari mobilitas warga yang masih menggunakan pompon, mandi, mencuci hingga menjual makanan.
Kian sore, pemandangan Sungai Siak makin mempesona. Terutama ketika matahari terbenam, sangat indah. Lengkungan jembatan dengan latar siluet niscaya menambah suasana Sungai Siak kian menarik. Sementara di malam hari, dari Suangi Siak kita bisa melihat lampu-lampu yang menghiasi jembatan Siak II. Terlihat sangat atraktif dan memanjaka mata bagi wisatawan yang menyusuri Suangi Siak.
Pusaka Kota Siak
Jika sudah tiba di Pelabuhan Kota Siak, maka kita tinggal berjalan sekitar 400 meter saja, dan kita sudah sampai di Istana Siak. Atau bila ingin lebih santai, kita bisa menyewa becak dan membayar ongkos Rp.5000/orang dari Pelabuhan ke Istana Siak.
Selain Istana Siak, destinasi lain yang bisa kita nikmati sambil santai adalah Gedung Balai Kerapatan Adat Kerajaan yang masih tersisa hingga saat ini. pun demikian dengan Masjid Sultan Siak, juga masih kokoh berdiri.
Berbagai bukti sejarah itu, hingga kini masih tersimpan rapi dan menjadi ‘pusaka’ bagi Kota Siak. Pada zaman dahulu, Siak merupakan sebuah Kerajaan Kesultanan Siak Sri Inderapura di bawah Pimpinan Sultan Syarief Kasim II.
Penetapan Kota Siak sebagai ‘Kota Pusaka’ dilakukan Kementrian PUPR melalui Dirjen Cipta Karya pada 15 Desember 2017. Untuk meraih predikat ini, Kota Siak membutuhkan perjuangan yang cukup pandang dan kajian mendalam.
Selain beberapa pusakanya, daya tarik Kota Siak lain adalah dengan jalan-jalannya yang sangat rapi. Jalan-jalan ditata sedemikian rupa, hingga terasa tak ada macet. Kendaraan di Kota Siak tak begitu padat seperti di Jakarta. Bukan karena jarangnya kendaraan, namun lebih karena tata kotanya.
Selain jalan yang rapi, juga kebersihan yang terjaga. Wajar lah kiranya, jika Kota Siak ini mendapat gelar Adipura sampai 4 kali. Siapa pun yang datang ke Kota Siak Sri Indrapura, selalu menyebutkan sebagai Kota terbersih yang ada di wilayah Riau kategori Kota Kecil dan masuk dalam jajaran kota terbersih di Indonesia.
Wisatawan akan dimanjakan, dan dibuat betah oleh kota kecil yang bersih, rapi, dan minim kemacetan ini. Jauh dari hiruk pikuk dan polusi udara. Meski terasa agak panas, namun tapi Kota Siak ini bisa dicontoh sebagai kota yang bersih.
Kuliner Khas
Daya tarik lain, yang dimiliki Kota Siak adalah kulinernya. Ada banyak kuliner khas yang ditawarkan kota ini. Tak kalah menariknya dengan kota-kota yang ada di Pulau Jawa. Dan salah satunya adalah Bolu Kemojo. Roti khas dari Kota Siak. Varian kue ini merupakan makanan khas Siak yang dapat menjadi pilihan oleh-oleh atau sekadar dicicipi kenikmatannya. Warna kue bolu ini hijau dan coklat. Terbuat dari tepung terigu dan pandan sebagai pewarnanya. Biasanya kue ini disajikan saat hajatan atau hari raya.
Selain bolu kemojo, masih banyak jajanan lain yang berjejer di di tepi Sungai Siak. Yang tidak jauh dari Istana Siak seperti jagung bakar, es kelapa muda, dodol burung, ikan salai dan aneka makanan laut. Itulah Siak, Kota Pusaka Nan Cantik Jelita.