Cerita Muchlas Rowi, Jadi RT Siaga Saat Darurat Covid-19

MONITORDAY.COM - Kasus Covid-19 yang terus naik di Indonesia membuat semua pihak harus mau bekerja sama agar pandemi ini dapat segera teratasi. Apalagi saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, seluruh warga harus berkesadaran untuk saling membantu, terutama mulai lingkup warga terkecil.
Seperti yang dilakukan Muchlas Rowi, salah seorang Ketua RT di lingkungan RW 14 Jakarta Garden City, Cakung Timur. Dia menceritakan bagaimana dirinya menjadi RT siaga dalam membantu penanganan Covid-19 di lingkungannya.
"Saat semua fasilitas kesehatan nyaris ambruk, karena pasien Covid-19 yang terus membludak, dan tenaga kesehatan yang kelelahan, semua pihak diharapkan ikut berkontribusi. Apalagi bagi seorang Ketua RT (seperti saya)," kata Muchlas, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/6/2021).
Dia mengungkapkan bahwa di beberapa waktu belakangan ini semakin banyak warganya yang terpapar Covid-19 bahkan sampai meninggal dunia. Hal ini yang kemudian membuat dirinya sebagai ketua RT harus tetap siaga.
Misalnya beberapa hari lalu ada warganya yang memerlukan oksigen di saat kondisi sedang darurat, Muchlas diberi kabar itu ketika jam 1 pagi dini hari, yang membuatnya di saat itu juga harus melayani warganya agar mendapat oksigen.
Padahal, dirinya sebagai orang yang pernah terpapar Covid-19, tidur larut malam merupakan hal yang tidak baik, karena dikhawatirkan akan menganggu kesehatannya. Namun menurut Muchlas, hal itu harus tetap dia lakukan mengingat perannya sangat dibutuhkan untuk memastikan warga di lingkungannya dapat penanganan yang baik apabila terpapar Covid-19.
Untuk diketahui, di lingkungan RT Muchlas memang menyediakan beberapa tabung okesigen untuk persiapan manakala ada warganya yang membutuhkan. Menurut dia, hal ini sebagai bentuk kepedulian warga untuk saling bantu di tengah kondisi darurat.
Di samping itu, ketika ada salah satu warganya yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19, dirinya bersama warga yang lain harus bahu membahu agar dapat segera ditangani dan dimakamkan secara prokes.
"Itu sangat sulit, apalagi di saat fasilitas kesehatan mulai sulit didapatkan, rumah sakit kwalahan, penanganannya pasti tidak mudah. Namun karena kami upayakan dengan berkoordinasi dengan banyak pihak, dan bersyukur dapat segera ditangani," ungkap Muchlas, yang juga Komisaris Independen PT Jamkrindo ini.
Pentingnya Peran Organisasi Level Terendah
Muchlas pun mengutip penyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, bahwa semua pihak harus ambil bagian menjadi pejuang di garis depan melawan wabah Covid-19. Apalagi jika melihat tenaga medis dan rumah sakit sebagai benteng terakhir amat kewalahan saat ini.
"Kita semua harus bergerak. Mengembalikan spirit awal dibentuknya organisasi level terendah, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW)," ungkap Muchlas.
Dia menekankan pentingnya peran organisasi level terendah seperti RT dan RW dalam penanganan Covid-19. Dengan pendekatan ini, penangan kasus korona akan lebih mudah karena warga dapat berkoordinasi secara langsung.
"Melalui sistem ini kita bisa melakukan koordinasi tanpa tatap muka atau online dengan warga. Betul bahwa koordinasi ini bisa dilakukan dalam bentuk grup-grup whatsapp. Tapi tanpa kepemimpinan yang terstruktur, komunikasi pun jadi buntu dan nir solusi," kata Muchlas.
Melalui sistem ini, program vaksinasi juga dapat didorong lebih kuat. Edukasi bisa dilakukan secara daring, lalu praktinya bisa dilakukan secara luring. Proses identifikasi dan pendataan juga dapat dilakukan lebih mudah melalui sistem ini.
"Kita bisa mengkategorisasi warga dengan gejala dan warga dengan resiko tinggi Covid-19. Sementara melalui upaya serupa, kita juga bisa menetapkan mana warga yang telah terpapar yang laik melakukan isolasi mandiri. Sehingga tak perlu harus ke rumah sakit," ujarnya.
Selain itu, imbuh Muchlas, melapor ke layanan kesehatan terdekat juga upaya penting lain yang bisa dilakukan di sistem ini. Ini dilakukan untuk menghilangkan kesan bahwa para pasien Covid-19 harus dibawa ke rumah sakit. Di era terkini, apalagi jika gejala ringan, semua bisa dilakukan secara online. Apalagi ada informasi berbasis tonarigumi tadi. Konsultasi bisa dijadwalkan dan dilakukan secara daring, lalu obat bisa dibuatkan sesuai gejala.
"Pada akhirnya, kepekaan dan kepedulian lah yang akan sangat menentukan. Apakah kita bisa melewati wabah yang gila-gilaan ini lebih cepat. Atau menunggu semua orang terkena, dan sistem alam bekerja. Menseleksi orang-orang terdekat kita. Yang kuat bertahan, yang lemah hilang selamanya," demikian Muchlas Rowi.